Kadang-kadang kita bertanya pada diri mengapa kita tidak bernasib baik seperti orang lain. Mengapa juga kita tidak kaya seperti orang lain. Tidak juga banyak harta seperti orang lain. Tidak punya kereta besar dan rumah besar dan mewah. Kita tidak puas hati dengan apa yang kita miliki. Dicelah-celah persoalan itu, adakalanya hati kita terubat juga bahawa memiliki itu semua bukanlah segala-galanya dalam hidup di dunia ini. Lantas kita sedar semula dan mula mensyukuri apa yang kita ada.
Pagi ini, seorang Ustaz ini didengari lagi berbicara tentang Umar bin Khatab yang terkenal gagah perkasa itu juga menangis. Bahkan dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan Syaitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syaitan akan melalui jalan yang lain untuk menghindari Umar yang digeruni itu. Justeru kalau Umar sampai menangis ia sememangnya peristiwa yang menakjubkan.
Mengapa "singa padang pasir" ini sampai menangis? Satu hari Umar menemui Rasulullah. Ia mendapati baginda sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar buatannya. Sebahagian tubuh baginda melepak di atas tanah dan hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. Umar mengucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya.
"Aku tidak sanggup menahan tangisku" kata Umar. Rasul yang mulia bertanya, "Mengapa engkau menangis ya Umar?" Umar menjawab, "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasihNya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Raja dan Permaisurinya duduk di singgahsana emas dan berbantalkan sutera".
Nabi berkata, "Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia ibarat orang yang mengembara di musim panas. Berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."
Sungguh indah perumpamaan Nabi akan hubungan baginda dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah persinggahan sementara; tempat berteduh barang sejenak, untuk kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya. Ketika kita sedang terlena dan sibuk dengan urusan dunia yang penuh pesona ini, tiba-tiba Allah memanggil kita pulang kembali ke sisiNya. Bagaimana bekalan kita.
Ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbezaan dunia dan akhirat, Nabi berkata, "Celupkan tanganmu ke dalam lautan, air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akhirat"
Pena Tumpul - Dunia hanya sementara
Pagi ini, seorang Ustaz ini didengari lagi berbicara tentang Umar bin Khatab yang terkenal gagah perkasa itu juga menangis. Bahkan dalam satu riwayat, Nabi menyebutkan Syaitan pun amat segan dengan Umar sehingga kalau Umar lewat di suatu jalan, maka Syaitan akan melalui jalan yang lain untuk menghindari Umar yang digeruni itu. Justeru kalau Umar sampai menangis ia sememangnya peristiwa yang menakjubkan.
Mengapa "singa padang pasir" ini sampai menangis? Satu hari Umar menemui Rasulullah. Ia mendapati baginda sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar buatannya. Sebahagian tubuh baginda melepak di atas tanah dan hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. Umar mengucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya.
"Aku tidak sanggup menahan tangisku" kata Umar. Rasul yang mulia bertanya, "Mengapa engkau menangis ya Umar?" Umar menjawab, "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuh engkau, padahal Engkau ini Nabi Allah dan kekasihNya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Raja dan Permaisurinya duduk di singgahsana emas dan berbantalkan sutera".
Nabi berkata, "Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia ibarat orang yang mengembara di musim panas. Berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya."
Sungguh indah perumpamaan Nabi akan hubungan baginda dengan dunia ini. Dunia ini hanyalah persinggahan sementara; tempat berteduh barang sejenak, untuk kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya. Ketika kita sedang terlena dan sibuk dengan urusan dunia yang penuh pesona ini, tiba-tiba Allah memanggil kita pulang kembali ke sisiNya. Bagaimana bekalan kita.
Ketika ada sahabat yang bertanya tentang perbezaan dunia dan akhirat, Nabi berkata, "Celupkan tanganmu ke dalam lautan, air yang ada di jarimu itulah dunia, sedangkan sisanya adalah akhirat"
Pena Tumpul - Dunia hanya sementara
Comments